Minggu, 23 November 2014

Me vs Ridwan



Pagi ini jadwal kelasnya Ridwan masuk ke sentraku. Hufft, kepala ini sedang tak bisa diajak kompromi sedari pagi. Menyadari Ridwan bakal ada di kelasku, membuat badan ini makin lemes. 

Kenapa? Tingkahnya yang aneh, karena dia suka sekali “bak-buk” ke teman juga guru. Sebenarnya bukan karena dia “nakal”, tapi ya karena “aneh”. Dia suka sekali bergerak, dan mengarahkan tangan dan kakinya ke orang lain tanpa merasa bersalah. Satu lagi, gak bisa diem. Titik.

Sesaat setelah ice breaking aku melakukan pijakan awal sebelum main pada anak-anak.
“Teman-teman siapa yang pengiin bisa bahasa Inggris?” Tanyaku, yang langsung dijawab serempak oleh semua anak.

“Sayaaa...!!” Jawab mereka semangat

“Wahh, hebat semua. Kalau teman-teman rajin belajar bahasa Inggris, Insya Allah suatu saat kalau besar bisa pergi ke luar negeri. Sekolah di luar negeri, atau mau jalan-jalan ( ini sih keinginanku sebenarnya, he) juga boleh.”

“Teman-teman nanti bisa pergi pake pesawat ke Inggris,”

“Ihh, nonton sepakbola,” celetuk seorang anak

“Wahh iya betul, boleh nonton sepakbola juga. Atau bisa pergi ke Amerika..,” 

Buukk..!!

Belum sempat kuselesaikan kalimat itu, tiba-tiba salah seorang anak memukulku dari belakang. Sontak aku kaget, dan menoleh dengan wajah penuh tanda tanya. Masya Allah, ternyata Ridwan.
“Eeehh, pedel pop (maksudnya Paddle Pop) Amerika, itu Israel!” Teriak Ridwan di depanku

OMG, helloyyy??? Perasaan dia dari tadi tidak mengikuti obrolan kami dan muter-muter sendiri di kelas. Kok tiba-tiba? Aihhh.

“Ohhh iyaaa,” jawabku shock

Selepas itu topik berganti, menjadi pembicaraan seputar Palestina dan Israel. 

“Ridwan kok tahu tentang Israel?”

“Iyaa, jahat!” Jawabnya keras

“Nahh berarti Ridwan yang tenaganya kuat, Bu guru pindahkan saja ke Palestina ya, buat bantu ngelawan Israel?”

Sontak dia langsung duduk rapi. Tapi hanya beberapa saat kok, selebihnya muter-muter dan “bakbikbuk” lagi.

Jumat, 21 November 2014

Stasiun Kenang



Lihatlah aku kini, terseok menyusuri rel-rel kenangan. Merintih rindu, memapah pilu. Sendirian.
Tak mungkin kutahan laju kereta yang bergerak.  Hingga ku tertinggal pada stasiun kenang, memeluk luka.
Dan, sepeninggalmu kini, hanya tersisa bangku-bangku kosong dalam gerbong hati yang kusinggahi. Sepi.
Semua kisah ini ternyata harus menemui ajalnya, dan berakhir hanya pada lambaian tangan.  Senyummu yang sekilas-sekilas mengguyur lebat hatiku. Langit hadirkan rinai, sisakan genangan di hati yang perlahan berlubang. Inikah perpisahan?
Entah mengapa, di tiap lajur perjalanan ini aku seakan ingin mengulang, kisah yang telah kita tamatkan. Dan bayangmu, menyisakan sudut kenang yang berlinang, kemudian.

22:23, 161114

Sabtu, 08 November 2014

Kemana





Kembalikan aku pada hujan, jika rintikku tak lagi mampu memberi kesejukan.

Letakkan aku lagi di ujung langit, jika kerlipku tak bisa lagi memberi petunjuk padamu.

Serahkan aku pada malam, jika sinarku tak lagi menjadi suluh penerang

Leburkan aku pada mentari, jika hangatku tak mampu memberi arti lagi

Tinggalkan saja aku di batas cakrawala, jika perahu tak lagi mampu kau kayuh

Sematkan aku kembali di larik-larik pelangi, jika warnaku tak mampu beri kau bahagia

Musnahkan saja hadirku, jika aku tak lagi ada di hatimu

Namun, hendak kemana kukembalikan hatiku yang telah terlanjur terkoyak?

Obrolan iseng



"Do you know Shaheer Shah?" Tanyaku saat seorang kawan lama tiba-tiba mengirim sebuah pesan gambar, bertuliskan "Happy Eid Adha"

"Who is he?"

Lah kok sampai dia yang orang sono, nggak kenal sama si ganteng pemeran Arjuna sih?

"He is a famous actor from your country, right?"

Kok iso? Masa sih dia  gak tahu? Coba tanya sama bayi Indonesia yang baru saja lahir, pasti sudah kenal (karena emaknya ngidam pengen meluk si Shaheer).

"Do you know film Mahabharata? Ini film booming banget lho di Indonesia, pemerannya aja digilai sebagian wanita Indonesia."

"No, i don't know. Dan aku seorang Muslim, mana mungkin aku nonton film begituan. Dan kamu salah satu penggilanyakah?" Begitulah jawabannya kira-kira kalau diartikan.

Weew, kujawab saja, "tidak terlalu sih," asli tengsin banget cuy. Temanku saja yang setanah air sama si ganteng Arjuna tidak kenal, kok kita hafal banget yah? Gak nyindir sih, aku pun suka nonton filmnya juga tapi gak ikut-ikutan nge-fans kok sama pemainnya. Untunglah.
Aku juga pernah tanya, “gimana sih kehidupan orang India? Apa sama kaya di film-film?
“Gak lah, kehidupan mereka biasa seperti orang-orang pada umumnya.”
Ketika kutanya tentang Amir Khan juga Shahrukh Khan, malah dia mengirim foto seorang wanita.
“Eh, itu siapa? Istri atau pacarmu?”
“Memangnya kamu gak pernah baca koran ya?” Dia balik nanya
“Kok tahu? Emang dia siapa?”
“Dia itu salah satu peraih nobel perdamaian dari negeriku. Wah, pasti kamu lebih senang membaca informasi tentang Shaheer Shah ya, daripada baca koran?”
Halah, ketahuan nih gak pernah baca berita. Xixi.
“Okelah, nanti aku cari tahu siapa dia dari Google,” kataku sembari menutup percakapan. Besok-besok kalau ngobrol mesti berbobot.