Selasa, 19 Mei 2015

Pendaki Galau

"Hey, kamu mau mendaki?"



"Iya," jawabku tanpa melihat ekspresi laki-laki yang duduk di depanku. Aku tahu, dia pasti akan menanyakan hal ini karena sering sekali kuposting tentang pendakian.



"Jangan, aku gak setuju deh. Itu berbahaya, terlalu beresiko apalagi kamu perempuan." Jawabnya



Aku tak terlalu fokus menatap wajahnya saat ia bicara, namun dari intonasinya mampu menggambarkan rasa tidak setujunya.



"Kenapa? Kamu kan tau kalau aku suka jalan-jalan. Dan mendaki adalah salah satu hal yang harus ingin sekali aku lakukan. Pasti seru." Jawabku bersemangat



"Iya, aku tahu. Aku gak pengen kamu kenapa-napa, jangan mendaki dulu yah. Nanti saja kita mendaki berdua, biar aku bisa jagain kamu."



"Yeeey, kapan itu? Kelamaan!"



"Itu tergantung kamu".



"Kok aku sih? Aku ya pengennya secepatnya."



"Kalau gitu, ijinkan aku mendaki hatimu dulu. Setelah kumampu menaklukkan gunungan hatimu yang paling tinggi, percayalah, kau kan kuhalalkan. Lalu kuajak mendaki ke puncak manapun kau suka."

Aku akan selalu di sampingmu kala kau lelah dan butuh sandaran. Mengulurkan tangan untuk meraihmu di tebing-tebing yang sulit. Percayalah, pendakianmu kan selalu menyenangkan bersamaku. Lalu setelah pendakian yang sulit itu, akan kuteriakkan "i love you" dari atas puncak gunung agar seluruh alam tahu. Indah bukan?" Jawabnya panjang lebar dengan intonasi yang merdu, dan belum pernah kudengar sebelumnya.



Lagi-lagi ku tak mampu menatap wajahnya, karena tiba-tiba aku terbangun dari tidur siang.



Emaaakk, jebul hanya mimpi hiks

Tidak ada komentar:

Posting Komentar