Rabu, 27 Mei 2015

Senja Berpulang

Apa yang kau tahu tentang senja?



Bagiku, ia bukan sekedar mentari yang kelelahan dan bersiap 'tuk sembunyi dari balik selimut cakrawala. Bukan pula tentang semburat jingga yang terlukis di langit. Ia bagiku merupakan kumpulan-kumpulan rindu yang terlantar.



Aku sendiri tak terlalu mengerti, mengapa teramat mencintai senja. Padahal terkadang ia hanya membuat sesak saja. Sebab, hanya karena menunggumu, aku tak pernah sekalipun melewatkan kepergian senja. Sesekali berharap, ketika senja berpulang saat itulah kau tiba-tiba datang.



Itu hanya sebuah ingin, nyatanya penantian padamu terkadang membuatku terkapar. Entahlah di samudera yang mana kau sedang terdampar. Aku di sini hanya mampu meneriaki camar-camar yang beranjak pulang ke peraduan.



Di reriuh debur ombak itu, mampukah kau dengar teriak-ku?

Angin laut dan ombak pun menyatu, saling bersisian berlari mengantarkan kepergian senja. Lihat, dunia kian temaram. Namun tak se-temaram hatiku, yang kian mengabut pilu.



Mentari 'tlah berpulang sekarang, penuh rasa bangga mampu memberi cahaya pada dunia.

Dan kepulangan senja pun seakan mengiringi pula "kepergian"mu selamanya dari hidupku. Inikah mau-mu?



Sekarang, senja boleh saja pergi. Namun ia pasti 'kan datang lagi esok hari. Tetapi kau?



Bilakah masanya kau kan kembali lagi di hidupku?

Pada bilangan senja yang keberapa, kau 'kan kembali hadir dan melukiskan rona jingga pada hidupku?



Ataukah, kau hanya akan menjadi malam selamanya? Suguhkan pekat di hari-hariku. Tinggalkan temaram di hatiku dan sisakan airmata di hidupku.



Untuk kau yang takkan pernah kembali, aku hanya mampu menatap senja sore ini. Menggurat wajahmu pada mega, bisikkan namamu di embusan lemah bayu. Dan berkata, "Aku 'kan selalu merindu".



Kini senja 'tlah berpulang sayang, namun wajahmu takkan pernah terbenam.


27 Mei 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar