Jumat, 13 Juni 2014

Info Lomba Menulis Novel



Saya sih tetap setia sama The Doctor VR46. Lihat saja, dia udah come back. Ya sih, di Qatar kemarian, dia ngalah aja sama Marquez. Adiknya, ngalah sesekali kan nggak apa-apa atuh. Membayangkan menjadi bagian dari penonton helatan MotoGP, dapat atmosfir suara knalpot, racing line, slinding, latest breaking, dan bisa jepret-jepret para rider idola, di Sepang Malaysia. WOW



Pengin?
Gratis lagi?
Sekalian sama passport-nya jika belum punya.
Yuk ikutan lomba gila ini. What a love is it!
Ada tiga seat  nih disediakan buat kalian….

****
Lomba ini adalah lomba menulis novel pribadi (personal), bukan rame-rame. Terbuka untuk umum segala usia. Perhatikan ketentuan-ketentuannya ini:

Syarat teknis:
1. Karakter naskah novel umum (fantasi tidak  disertakan dulu di sini). Segmen teenlit atau young adult (pilih salah satu). Tidak mengandung SARA. Tidak boleh ada plagiasi sedikit pun, apalagi banyak pun. Temanya romantik atau inspiratif atau tentang kehidupan asalkan ditujukan untuk pembaca muda.
2. Gunakan gaya bahasa yang easy reading. Penyajian ringan. Perhatikan, novelmu harus memuat nilai-nilai inspiratif di dalamnya. Tentu dengan style novel, bukan kultum.
3. Keunikan idemu akan sangat diperhatikan. So, jangan ambil ide yang jadul. Harus mengambil setting luar negeri. Kekuatan kearifan lokal negara asing yang jadi setting-mu sangat penting. Pilihlah setting yang unik, tidak pasaran. So, perhatikan detail setting novelmu.
4. Lomba ini berlaku hanya dari tanggal 15 April 2014-15 Juli 2014.
5. 1 orang hanya boleh mengirim 1 naskah. Tulisan diketik dengan font Times New Roman ukuran  12 pts spasi ganda (spasi 2), antara 200-300 halaman (sudah termasuk biodata dan alamat lengkapmu + sinopsis ceritanya). Ukuran kertas A4 dengan page setup: 4 – 3 – 4 – 3 cm (kiri-kanan-atas-bawah).
6. Kirim novelmu ke email: novelmotogp2014.divapress@gmail.com dengan subjek #NovelMotoGP2014.
7. Badan email dibiarkan kosong. File tulisanmu diattach.
8. Peserta diwajibkan LIKE fanpage Penerbit DIVA Press dan follow Twitter @divapress01 @edi_akhiles @de_teens
9. Buat status di wall FB kami dan tweet yang isinya “Saya udah kirim novel tuk lomba #MotoGPSepang janji nggak bobok cc @divapress01 @de_teens @edi_akhiles @KampusFiksi”

Penjurian:
1. Penjurian akan dilakukan maksimal 60 hari hari setelah penerimaan naskah terakhir.
2. Juri akan memilih 3 novel terbaik dengan hadiah sertifikat + free nobar live MotoGP 2014 langsung di Sepang Malaysia + paket buku. 3 novel terbaik tersebut akan pula mendapatkan MoU profesional untuk penerbitannya + kesempatan menulis 1 novel lagi dengan pola bimbingan untuk kami terbitkan selanjutnya. Selain 3 terbaik itu, kami pun akan memilih novel-novel yang baik tapi belum lolos 3 besar untuk kami terbitkan dengan MoU profesional pula.
3. Semua naskah yang dikirimkan otomatis kami anggap bersetuju untuk diterbitkan dengan ketentuan tersebut. Naskah yang dikirimkan tidak boleh sedang diikutkan lomba lain, atau terikat dengan pihak lain, atau pernah dipublikasikan, termasuk di sosmed seperti blog atau FB.
4. Keputusan juri bersifat mutlak dan tidak bisa diganggu gugat.
5. Hadiah nobar tersebut tidak dapat dialihkan kepada orang lain atau pun diuangkan.
6. Semoga yang lolos lomba #NovelMotoGP2014 ini, jika masih jomblo segera mendapatkan kekasih. Jika sudah pacaran, semoga segera dilamar. Jika sudah dilamar, semoga segera dinikahin. Jika sudah dinikahin, semoga segera dikarunia anak yang shalih/shalihah. O ya, nyaris lupa, jika sedang LDR-an, semoga segera disatukan di dunia nyata, bukan maya (doa tulus kami senantiasa tercurah untuk kalian).

Tunggu apa lagi? Tips aja nih, berhentilah jadi DL-er, karena itu nggak memberimu waktu cukup untuk self editing sehingga sulit untuk bersaing.

Saat Elang Pergi

Aku sempurna menangis saat matahari sempurna merekah. Kupandangi bias cahayanya di bibir pantai, warna kuning jingganya memantul indah di atas permukaan laut.
Riak-riak kecil seakan susul-menyusul mengejarku, membasahi ujung celana yang memang sengaja tidak kulipat. Lenguhan panjang satu dua camar terasa menyayat hati seakan ingin bergabung dengan ritual kesedihan yang sedang kulakukan.

Aku benar-benar tenggelam di lautan kesedihan pagi ini.
Tak ada lagi ucapan selamat datang pagi, seperti yang biasa kuteriakkan kala melihat sang mentari muncul dari peraduannya. Tak juga kuteriakkan selamat pagi dunia seperti biasanya. Tidak, karena dunia telah sempurna merenggut segala kebahagiaanku. Kebahagiaan yang benar-benar kubanggakan selama hampir 5 tahun ini.

Kutatap garis cakrawala, pikiranku mengambang. Entahlah. Ini adalah sunrise pertama yang kulihat setelah lebih dari setahun. Selama setahun ini aku tak berani menatap pagi, menikmati sunrise ataupun menyambut pagi. Aku sangat membencinya!

Ini tentang kehilangan, penyesalan dan kesedihan. Enam bulan tlah kulewati masa-masa itu, tapi lihatlah waktu belum memberi kemajuan apapun padaku. Aku masih sama seperti di awal Elang pergi. Aku terpuruk.

Lima belas menit berlalu, aku masih terisak. Dadaku perih bergetar, kupaksakan untuk berhenti dari semua sedan tapi percuma. Bibirku malah sempurna lirih berucap, Elang.

Aku tak tahan lagi, kuteriakkan nama Elang sekuat tenaga. Tak peduli pada tatapan mata yang mengarah padaku. Suaraku serak, mata sembab menghiasi wajah yang mungkin terlihat pias. Ini bukan hari libur, hingga tak terlalu banyak pengunjung yang datang untuk melihat sunrise pagi ini. Seandainya pun disini ramai, aku tetap takkan peduli. Akan terus berteriak, dan mencaci semua sampai aku puas. Meski semua itu takkan cukup dan tak membuatku puas, dan yang paling penting tak akan pernah membuat Elang kembali.

Mentari kian meninggi beberapa senti dari garis cakrawala. Panas mulai mencubiti pipiku. Bahkan separuh badanku sudah basah oleh air laut, ujung-ujung jariku pun mulai mengkerut terlalu lama berendam dengan air laut yang sebenarnya dingin.

Angin laut pun riang memainkan ujung jilbab hijauku yang pasti kotor terkena pasir saat aku jatuh terisak tadi. Tak ada lagi tangan yang menuntun untuk segera bangkit saat kuterjatuh.
Tiada lagi yang beradu dengan suara ombak sambil meneriakkan namaku. Tak ada dan takkan pernah ada lagi. Elang telah benar-benar terbang dan sempurna pergi dari hidupku. Seperti yang pernah diucapkan dulu dan kupikir itu hanya lelucon saja.

"Ah, kenapa namamu Elang. Memangnya kamu punya sayap, bisa terbang?" Itulah yang selalu kukatakan untuk mengejekmu.
"Lihat saja, kalau nanti aku benar-benar terbang kamu pasti menangis kehilangan, haha."
"Gak akan!" Ucapku

Tapi lihatlah kini, aku hampir setengah gila kehilangan dia. Sesak setengah hidup merindu. Elang, pulanglah. Kau keterlaluan, terlalu lama tinggalkan aku sendirian. Janjimu padaku banyak yang belum terpenuhi, katamu kau akan selalu tepati seluruh janji. Kumohon, kembalilah segera!
Kuteriakkan namamu sekali lagi, hanya berbalas suara deburan ombak yang kandas menabrak karang. Aku masih menangis.

Theres nothing I wouldnt do
To hear your voice again
Sometimes i wanna call you
But I know you wont be there
*Hurt

Juni dan Hujan

malam ini,
biarkan aku menulis di atas kanvas
tuk remukkan hati yang kini seperti cadas
sesapi bilur luka pahit yang membekas
biarlah menepi bersama asa yang tlah kandas

lagi,
aku berdansa memeluk hujan
menangisi tiap rinainya di penghujung malam
Juni, mengapa kau hampiriku dengan kesedihan
tidakkah kau lihat aku tlah kelelahan?

rerimbun kamboja teduhi seulas senyuman
terhampar tanah merah basah membalut sang pemiliknya
sementara aku berteman hujan memeluk pusaranya
di sebuah penghujung Juni



7 Juni 20:16