Selasa, 06 Juni 2017

Ujung Juni

malam ini,
biarkan aku menulis di atas kanvas
tuk remukkan hati yang kini seperti cadas
sesapi bilur luka pahit yang membekas
biarlah menepi bersama asa yang tlah kandas

lagi,
aku berdansa memeluk hujan
menangisi tiap rinainya di penghujung malam
Juni, mengapa kau hampiriku dengan kesedihan
tidakkah kau lihat aku tlah kelelahan?

rerimbun kamboja teduhi seulas senyuman
terhampar tanah merah basah membalut sang pemiliknya
sementara aku berteman hujan memeluk pusaranya
di sebuah penghujung Juni

20:16

Kamis, 18 Mei 2017

Pendaki galau

"Hey, kamu mau mendaki?"

"Iya," jawabku tanpa melihat ekspresi laki-laki yang duduk di depanku. Aku tahu, dia pasti akan menanyakan hal ini karena sering sekali kuposting tentang pendakian.

"Jangan, aku gak setuju deh. Itu berbahaya, terlalu beresiko apalagi kamu perempuan." Jawabnya

Aku tak terlalu fokus menatap wajahnya saat ia bicara, namun dari intonasinya mampu menggambarkan rasa tidak setujunya.

"Kenapa? Kamu kan tau kalau aku suka jalan-jalan. Dan mendaki adalah salah satu hal yang harus coba aku lakukan. Pasti seru." Jawabku bersemangat

"Iya, aku tahu. Aku gak pengen kamu kenapa-napa, jangan mendaki dulu yah. Nanti saja kita mendaki berdua, biar aku bisa jagain kamu."

"Yeeey, kapan itu? Kelamaan!"

"Itu tergantung kamu".

"Kok aku sih? Aku ya pengennya secepatnya."

"Kalau gitu, ijinkan aku mendaki hatimu dulu. Setelah kumampu menaklukkan gunungan hatimu yang paling tinggi, percayalah, kau kan kuhalalkan. Lalu kuajak mendaki ke puncak manapun kau suka."
Aku akan selalu di sampingmu kala kau lelah dan butuh sandaran. Mengulurkan tangan untuk meraihmu di tebing-tebing yang sulit. Percayalah, pendakianmu kan selalu menyenangkan bersamaku. Lalu setelah pendakian yang sulit itu, akan kuteriakkan "i love you" dari atas puncak gunung agar seluruh alam tahu. Indah bukan?" Jawabnya panjang lebar dengan intonasi yang merdu, dan belum pernah kudengar sebelumnya.

Lagi-lagi ku tak mampu menatap wajahnya, karena tiba-tiba aku terbangun dari tidur siangku.

Emaaaaakkkkk...aku ngimpiiiiiii

Senin, 24 April 2017

Cinta tak semudah itu

Sebenarnya galau hatiku setelah mengatakan itu, sebagai wanita normal, mana ada yang menolak jika diajak menikah oleh pria seperti Sammy. Seorang pengusaha muda yang sukses, berkepribadian menyenangkan dan open minded. Dia seorang pemuda yang berwawasan luas, meski usianya hanya terpaut setahun lebih tua dariku tapi dia telah sukses di usia mudanya. Berbeda jauh denganku, ah minder rasanya.

“Are you kidding, right?” Tanyanya penasaran

“Seandainya saja aku bisa bercanda untuk hal ini Sam,” ucapku dalam hati

“Hey, Im serious. Dont you believe that? Jawabku

“Please tell me Nesa, why i cant marry with you?” Its all about a distance?

Ah, aku sudah tahu jawabanmu jika  mengatakan bahwa ini semua tentang jarak.

“Distance is not the big problem for me Nesa, nothing is impossible.” Itu jawabanmu

Dan sebenarnya aku pun sependapat dengan Sammy. Apalagi dengan posisinya sekarang ini, keliling dunia mungkin seperti keliling kota. Komunikasi juga semakin canggih, sehingga meskipun jauh kita bisa tetap “keep in touch” setiap saat.

Tapi aku tetap tak bisa, meski hatiku mau. Lalu apa yang akan kukatakan pada orang-orang di luar sana?

"Kau kenal pria itu darimana, Nes? Apa tidak salah?"

Mereka pasti akan bertanya, bagaimana mungkin aku yang seorang wanita berpendidikan menemukan jodohnya melalui dunia maya? Meski hal seperti itu bukanlah hal yang aneh di masa sekarang. Hanya aku saja yang merasa tak siap dengan itu semua. Aku juga tak ingin mendengar dari mulut-mulut gatal itu, bahwa aku ini gadis yang tak laku di dunia nyata. Padahal, mungkin saja begitukan? Buktinya hingga saat ini, tak ada satupun lelaki yang mendekat.

Jumat, 07 April 2017

Suram

Petang,
Apa yang dapat kulakukan hanyalah menunggu pagi
Itupun jika ia benar-benar datang

Gelap,
Yang mampu kuperbuat hanyalah menyalakan lampu minyak di tengah gubuk yang pengap

Kelam, 
Tak satupun bintang yang nampak di luasnya langit
tak kutemukan cahaya pada bulan,
seperti aku
; suram

Bagai tiada melodi, tak mampu lagi kudengar nadanada indah
Bisu dan sumbang



Kamis, 06 April 2017

Resah itu..

Suatu saat, iya suatu saat. Kau pun akan mengalami resah itu, kecewa sedemikian dan kekhawatiran yang menyesakkan.

Lalu jiwamu mulai perlahan rapuh, langkah kian gontai dan keyakinanmu goyah sudah.

Masa-masa perih,
Masa-masa tumbuhnya luka
Dan masanya memanen airmata

Lalu hatimu berulangkali bertanya, "bilakah ini berakhir?"
Seakan tak percaya bahwa malam akan mengembalikan sinar pagi

Bukan,
Bukan karena imanmu goyah
Bukan karena kau putus asa
Bukan pula tak percaya

Tapi,
Kau hanya lelah
Lelah dalam ketidakpastian
Lelah dalam kesabaran
Hingga menyeretmu dalam kebimbangan

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1703746609641840&id=100000195511745