Sabtu, 27 September 2014

With you



Tidak semua di tiap perjalananmu, akan ada aku di sampingmu

Tidak semua di tiap langkahmu, akan ada aku yang mengiringi    

Tidak selalu, di tiap jengkal pendakian kan kau temukan jejakku

Tidak selalu, di tiap derai tangismu ada aku yang mengusap airmatamu   
                          
Genggaman tangan ini, ada saatnya kan terlepas

Iringan langkah ini, adakalanya ia kan terpisah

Panjangnya perjalanan ini, ada waktunya membuat kita tersesat

Langit yang kita pandang, mungkin takkan selamanya sama

Mentari yang bersinar, tak selamanya kan menghangatkan

Rindu tak selamanya kan berkobar, Sayang
Juga cinta, ada kalanya akan padam

But i hope our love, EVERLASTING laah

Kamis, 11 September 2014

Malaikat Yang Kurindu #2



Luruh,
Lihatlah, salju turun di kotamu. Singgah di pipiku, membekukan kalbu. Adakah kau rasakan getaran ini?

Aku, ya aku. Orang yang dahulu tak pernah peduli dengan perasaanmu. Yang tak pernah menganggap adanya hadirmu. Kini, rela seberangi samudera dan lintasi benua demi menemukanmu. 

Ingin kunapak tilasi perjalananmu menemui orang yang kau cintai. Orang yang demi dia, kau acuhkan segala kenyamanan dunia. Tapi apa? Dia tak sedikitpun menghargaimu bukan? Tak juga mengerti apa arti ketulusan, hanya tersilap dengan kemewahan.

Kau tinggalkan peluk hangat keluarga, demi jumpainya. Lalu berbalas apa? Senyum kecut dan perasaan dingin, lebih dingin dari guyuran salju yang turun di malam hari.

Dan, orang itu aku. Akulah manusia bodoh yang telah berhasil mencampakkanmu, melumat habis segala rasa yang tumbuh di dada. Aku kejam bukan? Bahkan kata kejam tak mampu mewakili betapa “hebat”nya aku membalas perasaanmu.

Kini, aku dengan segala sesal yang memerih dada, ingin membalikkan takdir dan mengubah cerita. Bodoh, mana bisa!

Karma, mereka menyebutnya. Apa yang dulu kau rasa, kini aku ikut menanggungnya. Bahkan lebih perih. 

Senja meremang, dan aku sendirian. Tersesat menapaki jejakmu, kau dimana?

Sejuta pesona yang menjelma di depan mata, tak sedikitpun mampu mengubah arahku menuju hatimu. Lupa aku dengan dunia, dan hanya inginkanmu, cinta.

Jika mereka berkata, banyak jalan menuju Roma. Lalu, mengapa tak jua kutemukan sebuah jalan menuju hatimu?

Maafkan aku cinta, tak pernah sedikitpun peduli pada sebulir airmatamu yang tumpah. Hingga kini harus kurasakan sendiri, betapa airmataku mengering karena merinduimu.

Dunia, berdamailah denganku dan katakan dimana malaikatku berada. Adakah ia sedang sendiri dan berusaha menyembuhkan luka hatinya? Atau ia sedang membakar seluruh ladang cinta yang ia tanam untukku? Aku hanya sedikit berharap ia mengingatku.

Angin, berbaik hatilah padaku. Kirimkan getar rindu yang memasrah ini untuknya. Mampukan ia untuk mendengar jeritan hatiku yang kian melemah.

Bumi, tunjukilah aku. Di arah mana ku harus menuju, sedang bayangnya telah samar dikikis keraguanku dulu. Sebab langkahku kian goyah, sedang perasaan ini semakin membuncah. Aku harus menemukannya.

Langit, tataplah aku. Sang congkak ini sedang terseok, ingin menebus dosa. Kuingin menemuinya di penghujung senja, segera.

Lalu apa dayaku, kau menghilang sempurna dari netra ini. Masih mampukah kumencari, atau kau yang memilih tuk bersembunyi, tak ingin ditemukan?

Aku tersudut, tersesat di hatimu wahai pemilik bola mata biru. Aku lelah dengan segala penyesalan yang menyesak batin ini.

Dengarlah kidung rindu yang kumainkan untukmu. Lemah memasrah, dari balik dawai-dawai yang rapuh.

Temukanlah aku duhai malaikatku, sungguh aku rindu.

ruangrindu,120914

Malaikat Yang Kurindu #1



Ah, kau siapa? Tapi ukiran senyummu belum juga mampu kulupa. Bahkan tak menyamar sedikitpun di rentang masa dan jarak. Bagaimana mungkin bisa sirna, dulu rasa ini pernah begitu menggelora. Bahkan ketika dunia bilang tidak. 

Sepasang sayapmu mampu menerbangkanku, ke pulau kecil yang belum pernah tersinggahi. Meski mereka bilang, itu mustahil.

Dan lengkung bibirmu yang merah, mampu menuntunku menyusuri jalan yang kadang membuat diri ini lelah. Meski bibir-bibir jahil memintaku untuk menyerah.

Tulusnya hatimu menerangi sepotong hatiku yang kian melegam, berkarat tertimbun manisnya dusta. Dan suara sumbang meneriaki untuk waspada

Kau yang rela menungguku tersadar dari rayuan dunia, dan mengingatkan semua itu hanya fana. Dan kutahu itu lelah dan menguras hatimu.

Sungguh, mencintaimu bukanlah hal yang salah. Itu anugerah.

Tapi kenapa semua terlambat? Bukan, aku yang terlambat. Terlambat mengerti dan menyadari akan hadirmu. Kini, saat sisi hatiku mendamba, kau telah jauh. Tak tertinggal jejak.

Gulungan masa, mampukah kuurai semua? Mengulangnya lagi, memasang tiap kepingan hati yang selama ini salah kuletakkan dalam bingkai cinta.

Kau, dia? Butakah kedua retina ini, hingga salah menafsirkan rasa? Atau aku hanya terlena oleh balutan tudung raga?

Jiwa, mengapa kau tak memperingatiku dari semula? Aku terbuai oleh desah semata. Dan menyiakan cinta sepenuh nyawa, hingga ia pergi terluka.

Kini, aku harus berdiri sendiri. Mencoba terbang dengan sayap rapuh milikku. Tahukah, takkan pernah sanggup aku terbang. Menaklukkan jarak dan menemukanmu.

Kau, masihkah luka dan berdarah? 

Kau, mampukah aku menemukanmu kembali?

Kau, masihkah menyimpan sedikit kepingan hati untukku?

Ijinkan aku menemukanmu, duniaku kini hanya tersisa ruang sempit. Dan akan kupenuhi semuanya untukmu.

Di bilangan detik aku merindu, tak hanya senyum namun hadirmu. Sungguh, ijinkan aku mengulang kidung sendu milikmu.

Ijinkan aku menatap, mata sendu biru milikmu.
 
Mampukan aku mengiringi tenggelamnya senja bersamamu.

Andai kau tahu, derasnya rinduku sederas airmata yang turun.

Biarkan aku mencintaimu. Biarkan aku menyentuh butiran salju yang singgah di pipimu.

Cintaiku sekali lagi, dan takkan kubiarkan genggaman ini terlepas. Karena kupinta pada Tuhan agar Dia menggenggam, genggaman kita.

Kau seseorang yang Tuhan kirim untukku, seorang malaikat bermata sendu.
Tuhan, pertemukanlah kami segera

ruangrindu,120914