Senin, 27 Oktober 2014

MENEPI



Segala yang menggelora pasti kan redup jua
Tiap yang menyala pasti kan padam akhirnya
Begitupun diriku

Entah kemana perginya semangat itu
Aku menjadi lemah, Tuhan
Seakan tak berdaya

Tuhan,
Sungguh aku kelelahan, jika..
Selalu menggadai harapan dengan keyakinan
Merelakan mimpi demi sebuah janji
Menahan luka karena adanya percaya

Tuhan,
Ternyata aku tak sekuat itu, jika..
Harus selalu berdamai dengan hati
Harus selalu menerima yang terjadi
Aku selalu harus mengerti

Harus kulawan tatapan-tatapan nyalang
Harus menahan perih tajamnya lidah yang menusuk dada
Tuhan, tolong aku
Ijinkan aku di pelukMu sejenak
Menepikan diri dari kejamnya dunia yang sewaktu-waktu dapat membunuhku

20072014




SIRNA



Sirna, Kerinduanmu pada pagi
Kau tak lagi mencintai
Hangatnya pagi di musim semi
Adakah yang lebih hangat dari dekapan mentari?

Siapa pemilik terang yang mampu mengganti purnama?
Adakah kerlip yang kau puja selain kejora?
Katakan,
Diakah  yang hentikan semua gelora?

Kau,
Diri
Jiwa
Debaran
Harusnya milikku, satu

Akulah malaikat penjaga
Aku, awan peneduhmu
Dan aku cemburu
Padamu yang mendua

 070914

Minggu, 26 Oktober 2014

SESAL-KU



Dear diary,
Tolong katakan padaku tentang kehilangan, apakah ia serupa dengan sebatang penyesalan yang mengakar, meranting daun-daun kesedihan di puncaknya?

Ceritakan juga padaku tentang penyesalan. Samakah ia dengan arus kekecewaan yang melewati ambang, sehingga meluapkan kepedihan sampai ke hilir, dan membanjirinya dengan kubangan lumpur nestapa?

Terlalu lama rasa ini memasungku, membebani jiwa dengan pilu. Aku merangkak melewati hari, karena seluruh sendi serasa mati.

Kemana akan kuadukan pilu, Dy? Sedangkan seluruh semesta sepertinya sudah tak peduli, karena telah MENYIAKAN seorang makhluk Tuhan, yang telah dikirimkan padaku.

Dan kau, Rindu. Mengapa sulit bagiku untuk bisa berdamai denganmu. Bisakah sedetik saja kau tak hadir? Bebaskan jiwa ini, barang sebentar. Biar kunikmati indah dan syahdunya malam, tanpa beban.
Lihatlah Dy, bunga-bunga mulai mekar. Berbeda dengan cintaku, yang justru mekar saat dia mulai pergi. Dan kini, demi BERHARAP cintanya mekar kembali, aku datang. 

Mungkinkah, Dy? Karena telah kukoyak cintanya yang baru menguncup, DULU.
Sekarang kau tahu Dy, betapa bodohnya aku. Mampukah aku membawanya kembali ke pelukan?

“..You don’t have to tell me
Who’s the biggest fool of all
Mirror-mirror
I wish you could lie to me
And bring my baby back to me” (*)

Sungguh, mantra apakah yang dia buat Tuhan, hingga mampu menenggelamkanku dalam hari-hari yang penuh ratap? 

Kau tahu Dy,

Malaikatku kini telah menemukan bidadari, yang mampu membuatnya bahagia. Sepasang malaikat dan bidadari, menari di bawah rembulan. Indah. AKU? Tersuruk menyusuri tangga sesal yang retak.

“Now my baby’s dancing
But (s)he’s dancing with another wo(man)
Although it hurt’s
I’ll be the first
To say that i was wrong
Oh i know i’m probably much too late
To try and apologize to my mistake” (**)

Tahukah Dy, terkadang aku menangis di bawah rinai hujan. Berharap tiba-tiba dia datang, Namun, hingga kuyup ragaku, tak jua kutemukan jejaknya. Lantas, KUYUP pula hatiku.

Ruangrindu, 200914

Daun Kering


 
Kau, berlalulah dari singgasana hati
Rerupamu,
tak seharusnya bebas melenggang di arena jiwa rapuhku
yang tak henti menghapus siluet sosok yang pernah kucintai

biar kulepas, beban hati yang slama ini meringkihkan tubuh
biar kubuang, semua duri yang menyesakkan dada
biar kupadamkan, nyala yang berkobar di jiwa
biar kutikam, segala perih yang menggerogoti jantung

wahai luka, mengeringlah
duhai jiwa, tegarlah
dan engkau,
; pergilah

mungkin,
aku kini bagai daun rapuh kering
yang kan segera luruh ke bumi
diterbangkan angin,
pasti

namun daun ini
biarlah meleburkan diri
menjadi satu dengan bumi
agar mempunyai arti
tuk kehidupan



Sabtu, 25 Oktober 2014

Jejak Rindu



Ketika langit menghujaniku dengan rindu. Apa yang bisa kuperbuat?
Hanya isak di tiap kata yang terucap
Berkubang sesak dalam tiap rangkai aksara
Tuhan, kumerindukan dia

Dia,
yang telah mengalirkan separuh darahnya
mengisi jiwaku dengan cinta
yang menghangatiku dengan pelukan,
di awal kusapa dunia

Tuhan,
Selalu kubayangkan wajahnya sebagai penghantar tidur
Kubisikkan namanya di antara kidung suci pada-Mu

Tuhan,
ketika Kau membawanya pergi dari pelukku
aku percaya, Kau kan buatnya bahagia
lalu, apa arti airmataku kini?
Bukan, bukan aku tak rela
Airmata ini hanya bukti rindu
Rindu pada dia,

Izinkan aku Tuhan,
Memanggil namanya di pintu surga
Menggamit lengannya sekali lagi
Menuju istana megah-Mu
Ini bukanlah rindu seorang gadis pada kekasihnya
Kerinduan ini milik anak gadis pada sang ayah

Dad, i may find my prince..
But you will always be my King
Let me hold you one more time

251014