Dear diary,
Tolong katakan padaku tentang kehilangan, apakah ia serupa
dengan sebatang penyesalan yang mengakar, meranting daun-daun kesedihan di
puncaknya?
Ceritakan juga padaku tentang penyesalan. Samakah ia dengan
arus kekecewaan yang melewati ambang, sehingga meluapkan kepedihan sampai ke
hilir, dan membanjirinya dengan kubangan lumpur nestapa?
Terlalu lama rasa ini memasungku, membebani jiwa dengan
pilu. Aku merangkak melewati hari, karena seluruh sendi serasa mati.
Kemana akan kuadukan pilu, Dy? Sedangkan seluruh semesta
sepertinya sudah tak peduli, karena telah MENYIAKAN seorang makhluk Tuhan, yang
telah dikirimkan padaku.
Dan kau, Rindu. Mengapa sulit bagiku untuk bisa berdamai
denganmu. Bisakah sedetik saja kau tak hadir? Bebaskan jiwa ini, barang
sebentar. Biar kunikmati indah dan syahdunya malam, tanpa beban.
Lihatlah Dy, bunga-bunga mulai mekar. Berbeda dengan cintaku,
yang justru mekar saat dia mulai pergi. Dan kini, demi BERHARAP cintanya mekar
kembali, aku datang.
Mungkinkah, Dy? Karena telah kukoyak cintanya yang baru
menguncup, DULU.
Sekarang kau tahu Dy, betapa bodohnya aku. Mampukah aku
membawanya kembali ke pelukan?
“..You don’t have to tell me
Who’s the biggest fool of all
Mirror-mirror
I wish you could lie to me
And bring my baby back to me” (*)
Sungguh, mantra apakah yang dia buat Tuhan, hingga mampu
menenggelamkanku dalam hari-hari yang penuh ratap?
Kau tahu Dy,
Malaikatku kini telah menemukan bidadari, yang mampu
membuatnya bahagia. Sepasang malaikat dan bidadari, menari di bawah rembulan. Indah.
AKU? Tersuruk menyusuri tangga sesal yang retak.
“Now my baby’s dancing
But (s)he’s dancing with another wo(man)
Although it hurt’s
I’ll be the first
To say that i was wrong
Oh i know i’m probably much too late
To try and apologize to my mistake” (**)
Tahukah Dy, terkadang aku menangis di bawah rinai hujan. Berharap
tiba-tiba dia datang, Namun, hingga kuyup ragaku, tak jua kutemukan jejaknya.
Lantas, KUYUP pula hatiku.
Ruangrindu, 200914