Minggu, 20 Juli 2014

Tips Memilih Sekolah Untuk Anak Autis

Jakarta, Pemerintah telah menginstruksikan beberapa sekolah untuk membuat kelas inklusi yang menggabungkan anak-anak berkebutuhan khusus agar dapat mengikuti pelajaran bersama teman-temannya yang sebaya.

Hal ini tentu saja ditanggapi positif oleh banyak orangtua karena mereka tak lagi merasa kesulitan untuk mencari tempat sekolah yang tepat untuk anaknya yang menyandang autis, down syndrom dan ADHD.

Namun beberapa masalah yang muncul adalah beberapa sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusi ini ternyata kurang siap, namun memaksakan diri untuk tetap menggelar kelas inklusi.

Misalnya, satu kelas ada yang berisi 40 orang, padahal kelas yang ideal untuk pendidikan inklusi adalah 20 orang per kelas. Dari segi pengajarnya sendiri terkadang maih bingung saat menghadapi anak-anak autis.

"Hal lain yang kurang dipersiapkan adalah lingkungan sekolahnya sebab banyak anak autis yang menjadi korban bullying, dan kasus ini banyak sekali. Anak normal saja banyak yang dibullying, apalagi anak berkebutuhan khusus," kata dr Adriana S. Giananjar, M.S., psikolog sekaligus pendiri sekolah khusus anak autis 'Mandiga' dan dosen psikologi di Universitas Indonesia dalam acara Cares for Autism yang diselenggarakan London School of Public Relation di Taman Menteng, Jakarta, Sabtu (14/4/2012).

Mencari sekolah yang tepat untuk anak autis bisa dibilang susah-susah gampang. Saat ini memang sudah banyak ditemui pusat pendidikan anak autis, baik di kota maupun di daerah.

Namun autisme sendiri merupakan sebuah spektrum gangguan yang luas. Tingkat keparahan gangguan autis bervariasi pada setiap anak. Orangtua seringkali dibingungkan dengan pilihan akan memasukkan anaknya yang menyandang autis ke sekolah umum atau tidak.

Untuk menentukanya, perlu dilihat kemampuan anak autis tersebut. Apabila kemampuan verbal, perilaku dan kemampuan kognitifnya cukup baik, maka anak sebaiknya dimasukkan dalam sekolah inklusi supaya bisa berinteraksi dengan anak lain dan beradaptasi.

"Tapi jika kemampuan verbal, perilaku dan kognitinya buruk, maka sebaiknya jangan dimasukkan sekolah inklusi sebab ia membutuhkan penanganan yang lebih intensif dan orang-orang yang paham menanganinya," imbuh dr Adriana.

Dr Adriana menyarankan kepada orangtua yang sedang mencari sekolah untuk anaknya yang menyandang autis untuk mengobservasi calon sekolah dan melihat model pendidikannya.

Sekolah yang bagus biasanya meminta orangtua membawa anaknya untuk dilakukan penilaian dan memberilan try out, baru kemudian diberi keputusan bagus tidaknya masuk sekolah.

"Biasanya anak autis mendapat terapi waktu masih balita. Ketika menjelang TK hendak ke SD, biasanya ada laporan dari pihak TK bahwa anak tersebut memiliki kemampuan dan ketidakmampuan dalam hal tertentu," kata dr Adriana.

Lebih lanjut lagi, Dr Adriana memberikan tips-tips untuk mencari sekolah yang tepat untuk anak autis:

1. Ketika hendak mencari sekolah yang tepat, akan lebih baik jika menanyakan rekomendasi dari beberapa orangtua yang juga memilik anak autis.

2. Jika telah memiliki daftar sekolah yang dianggap baik, orangtua kemudian mengunjungi sekolah bersama anaknya.

Tujuannya agar pihak sekolah bisa melihat keadaan anaknya seperti apa. Pada tahap ini, orangtua jangan menyembunyikan jika anaknya memiliki autis, sebab bisa menjadi masalah di kemudian hari.

3. Lakukan observasi pada sekolah mengenai kurikulum, kebijakan mengenai anak berkebutuhan khusus, juga lingkungan belajarnya untuk menghindari risiko bullying.

4. Pihak sekolah kemudian akan meminta anak datang untuk dievaluasi. Jika anak tersebut dinilai mampu, maka anak diperbolehkan mengikuti kelas.

5. Biasanya, ada sekolah-sekolah yang menyediakan guru pembantu atau shadow teacher. Bisa juga pihak sekolah membolehkan orangtua menyertakan shadow teacher untuk membantu anaknya di kelas.

6. Shadow teacher ini bertugas khusus mendampingi anak autis untuk membantu proses belajarnya. Misalnya, guru meminta membuka buku halaman sekian.

Anak autis mungkin merasa bingung, maka dia akan dibantu oleh shadow teacher. Biasanya, shadow teacher ini dibutuhkan saat anak-anak masih duduk di kelas 1-2 SD. Seiring perkembangan proses belajar shadow teacher ini biasanya tak dibutuhkan lagi.

sumber : Detikhealth

Tidak ada komentar:

Posting Komentar